Informasi, Tips And Trik.

Sejarah Kota Demak dalam Babad Tanah Jawa



Babad adalah cerita rekaan (fiksi) yang didasarkan pada peristiwa sejarah, dimana penulisannya biasanya dalam bentuk macapat (tembang/puisi/syair). Salah satu babad yang sangat terkenal adalah Babad tanah jawa, dimana babad ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa.

Meskipun syarat dengan peristiwa sejarah, sifatnya yang fiksi menempatkan babad sebagai referensi sejarah-imajinatif. Babad memiliki sifat religio-magis dan pekat dengan imajinasi. Sifat itu membuat ahli sejarah berada dalam ragu untuk memakai babad sebagai sumber sejarah yang sahih, dan penggunaannya dalam menggali sejarah menuai pro dan kontra. S. Margana dalam buku Pujangga Jawa dan Bayang-bayang Kolonial (2004) mengungkapkan babad merupakan problematik dalam historiografi modern. Para sejarawan kerap memahami babad sebagai tulisan atau sumber sejarah dalam tendensi subjektif. Para sejarawan yang menolak peran babad sebagai sumber sejarah memiliki argumen bahwa babad rentan dengan bias dalam menggambarkan fakta-fakta sejarah. Babad cenderung menjadi percampuran dari fakta dan mitologi. Para sejarawan yang akomodatif justru menerapkan metode dan metodologi tertentu untuk menjadikan babad sebagai sumber informasi mumpuni ketimbang sumber-sumber kolonial.

Terlepas dari pro-kontra tersebut, babad Tanah Jawi merupakan jejak besar dalam membaca (sejarah) Jawa, salah satu diantaranya adalah sejarah Kesultanan Demak Bintoro. Di salah satu bab dalam babad tanah jawa secara singkat diceritakan sejarah berdirinya Kesultanan demak, bagamana perjalannya, dan bagamaimana kerajaan islam pertama di jawa ini berakhir.

Berikut ini adalah terjemahan bebas dari salah satu bab dalam babad tanah jawa yang berisikan kisah kesultanan demak bintoro. Babad tanah jawa yang diambil di sini adalah Babad tanah jawa yang digubah oleh L. VAN RIJCKEVORSEL -Directeur Normaalschool Muntilan dibantu oleh R.D.S. HADIWIDJANA Guru Kweekschool Muntilan yang diterbitkan pada tahun 1925.


Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang +/- tahun 1500 - 1582

Dimulai di tanah jawa ada agama islam pada tahun antara 1400-1425.

Ditahhun 1292 di tanah Perlak di pulau Sumatra sudah ada orang islam; pada tahun 1300 ada orang islam tiggal di Samudra Pasai. Di penghujung abad ke 14 di Malaka juga sudah ada orang islam. Orang Islam tersebut berasal dari Gujarat. Dari malaka itu, agama Islam tersebar ke Tanah Jawa, Tanah China, Indhiya Buri dan Indhiya Ngarep. Yang menyebarkan islam di Jawa pertama kali adalah Pedagang Jawa dari Tuban dan Gresik, yang sering berdagang di Malaka, mereka belajar agama islam, sehingga islam terkadang agak dipaksa. Para pedagang jawa tadi pulang ke Jawa Timur, pedagang Indhu dan Persia juga ada yang ikut masuk ke sana dan ikut menyebarkan agama islam kepada Masyarakat. Yang terkenal adalah Maulana Malik Ibrahim (Berkebangsaan Persia), meninggal di Gresik pada tahun 1419. Hingga sekarang makamnya masih ada.

Setelah kekuasaan kerajaan Majapahit semakin lama semakin surut, para bupati di pesisir merasa makin besar kekuasaannya. Berani melakukan tindakan sekehendaknya. Para bupati tersebut sepertinya telah memeluk islam sejak memasuki abad 16 (tahun 1500 - 1525). Oleh sebab itu kerap terjadi peperangan dengan para raja agama indhu yang berada di jawa bagian tengah.

Menurut Cerita: Sang Prabu Kertawijaya Majapahit itu telah menikah dengan Putri dari Cempa (Tanah Indhiya Buri). Putri Tersebut adalah bibinya Raden Rahmat atau yang dikenal dengan Sunan Ampel (dekat Surabaya). Sunan Ampel punya anak laki-laki satu yang bernama Sunan Bonang, dan Satu anak perempuan bernama Nyai Gedhe Malaka. Nyai Ghede Malaka itu mertua Raden Patah atau Panembahan Jimbun, yaitu yang disebut Sultan Demak Pertama.

Sunan Ngampel dan Sunan Bonang itu termasuk para wali. Para wali itu yang terkenal : Sunan Giri (sebelah selatan Gresik), ada di sana yasa kedhaton dan Masjid; Ki Pandan Arang (di Semarang) dan Sunan Kali Jaga (di Demak). Pada tahun 1458 di Demak sudah ada Masjid bagus.

Di antara para bupati di pesisir, Pati Unus itu yang paling berkuat. Pati Unus juga disebut Pangeran Sabrang Lor. Dia putra Raden Patah atau Panembahan Jimbun. Tahun 1511 Pati Unus menguasai Jepara, pada tahun 1513 menyerang Malaka. Persiapan yang dilakukan dalam rangka penyerangan tersebut membutuhkan waktu tujuh tahun. Dan bisa mengumpulkan kapal hingga sembilan puluh dan 12 ribu prajurit, juga meriam yang sangat banyak. Akan tetapi perlawanan Portugis sangat sengit, hingga Pati Unus dipaksa mundur pulang tanpa hasil.

Pati Unus pada tahun 1518 juga mengalahkan Majapahit, tapi majapahit waktu itu memang tidak sebesar dulu. Kotanya tidak dirusak, hanya pusaka kerajaan dibawa ke Demak serta Pati Unus mengaku menanti Ratu Majapahit.

Pada tahun 1521 Pati Unus meninggal masih muda dan tidak meninggalkan anak. Yang menggantikannya adalah adik yang tinggal satu yaitu Raden Trenggana, karena adiknya yang satu: Pangeran Sekar Seda Lepen, telah dibunuh oleh anaknya Raden Trenggana yang dijuluki Pangeran Mukmin.

Semasa pemerintahan Sultan Trenggana (Tahun 1521 - 1550) Kerajaan Demak sangat berkuasa sekali, Menguasai tanah Jawa Barat, kota-kota di pesisir utara dan juga merebut jajahan majapahit, serta kerajaan Supit Urang (Tumapel) juga menjadi diperintah oleh Demak. Sementara Blambangan itu milik Bali.

Pelabuhan milik Demak banyak yang ramai,seperti Jepara, Tuban, Gresik, dan Jaratan. Gresik dan Jaratan yang paling ramai, orang yang tinggal di sana ada 23 ribu.

Pada tahun 1546 Sunan Gunung Jati dengan Sultan Trenggana ingin menyerang Pasuruhan. Kota Pasuruhan Lalu dikepung oleh bala tentara, akan tetapi belum sempat menyerang, pengepungan dibatalkan, karena Sultan Trengganan meninggal dicelakai oleh salah seorang saudara santana.

Anak Sultan Trenggana banyak, Anak-anaknya menikah dengan bangsawan - bangsawan besar. Ada yang menikah dengan bupati di Pajang yang bernama Adiwijaya, yaitu Mas Karebet, Ki Jaka Tingkir atau Panji Mas.

Anak Sultan Trenggana ada dua: Pangeran Mukmin atau Sunan Prawata, dan Pangeran Timur yang nantinya menjadi adipati di Madura. Sunan Prawata itu yang membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen.

Anak Pangeran Sekar Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang ingin balas dendam kematian bapaknya. Sejak usaha membunuh Pangeran Mukmin beserta istri, kemudian anak menantu Sultan Trenggana tidak berhasil, justru Arya Panangsang diperangi kalah dan mati.

Adiwijawa kemudian menguasai Tanah Jawa: membawa pusaka kerajaan ke Pajan dan kemudian diangkat Sultan oleh Sunan Giri. Ketika Adiwijaya menjadi raja di Pajang, Blambangan dan Panarukan dimiliki Raja Agama Syiwah di Blambangan, yang juga memerintah Bali dan Sumbawa (tahun 1575)

Jajahan-jajahan di pajang diperintah oleh pangeran (adipati) yaitu : Surabaya, Tuban, Pati, Demak, Pemalang (Tegal), Purbaya (Madiyun), Blitar (Kedhiri), Selarong (Banyumas), Krapyak (Kedhu bagian selatan barat, sebelah barat Bengawan Solo.

Ada di Tanah Pasundhan kerajaan Pajang hampir tidak punya kekuasaan, karena pada tahun +/- 1568 tanah Banten dimerdekakan oleh Hasanuddin mejadi tanah kesultanan.

Share :

Facebook Twitter Google+
0 Komentar untuk "Sejarah Kota Demak dalam Babad Tanah Jawa"
Back To Top